Hercules
TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Masih kenal dengan Hercules? Dia dikenal sebagai preman Pasar Tanah Abang, Jakarta.
Sepak terjang pria bernama asli Rosario de Marshall ini begitu menakutkan.
Menyebut namaya, orang akan terbayang dengan lelaki kekar berambut kribo dan berkulit hitam serta badan yang kekar.
Ia memiliki ratusan pengikut yang rata-rata bertampang seram. Ia adalah gangster dan broker politik asal Timor Timur dan paling ditakuti di Jakarta kala itu.
Hampir setiap hari, kabar mengenai Hercules wara-wiri di media mainsrtream dengan kasus kekerasan.
Kini, Hercules sudah berubah 180 derajat. Ia kini tampak lebih banyak belajar kepada tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.
Bersama Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta itu, Hercules sering terlihat bersama.
Hercules memanggil Gus Miftah 'Abah'. Terbaru, Hercules terlihat mengunjungi rumah Sekretaris Jenderal PBNU Ahmad Helmy Faisal Zaini didampingi Gus Miftah, Gus Ipang (cicit KH M Hasyim Asy'ari) dan Ustadz Yusuf Mansyur.
"Tadi Abah (Gus Miftah) telepon kalau mau ke rumah Pak Sekjen. Saya tanya boleh ikut apa tidak. Dibilang boleh akhirnya saya ke sini," jelas Hercules seperti dikutip dari unggahan Instagram @ipangwahid, Jumat (24/9/2021).
Hercules menceritakan dia sudah mengalami hidup yang sulit dan bahaya. Matanya pernah ditembak tapi tidak wafat. Ia pernah dibacok ratusan kali, namun Allah belum mengizinkan ia wafat.
Sekjen PBNU Ahmad Helmy Faisal Zaini sempat menanyakan alasan mata Hercules yang berbeda antara kiri dan kanan.
Dengan santai Hercules menjawab bahwa matanya yang kanan berbeda karena pernah ditembak dari jarak satu meter.
Hal itu menyebabkan matanya terluka dan agak masuk ke dalam. Selain itu ia juga dikeroyok ratusan orang dengan celurit dan samurai.
Lalu Sekjen Helmy menanyakan alasan Hercules bertaubat dan memilih mendekatkan dirinya kepada Allah.
Hercules menjawab bahwa semua manusia hidup terbatas oleh usia. Ketika wafat maka tidak ada yang bisa dibanggakan kecuali amal baik.
"Karena belum waktunya, makanya saya tidak mati. Meskipun sudah dibacok ratusan orang. Yang di atas belum mengizinkan," imbuhnya.
Hercules yang saat itu memakai peci mengaku memiliki kebiasaan yang berbeda saat ini. Setiap Jumat selalu memberikan makan ratusan anak yatim dan sering puasa.
Setiap Jumat ada sekitar 250-300 anak yatim diundang ke rumahnya. Ia juga baru menjalani puasa dari Senin hingga Kamis.
"Kita hidup sementara. Jika ibarat tangan kotor, tangan saya ini sudah sangat kotor sekali. Umur kita tidak lama. Mau apa lagi," ujar Hercules.
Dalam kongkow santai itu, tokoh-tokoh muda NU itu mendengar perjalanan hidup dari gelap menuju terang Hercules, banyak bisa menarik hikmah yang sangat luar biasa.
Menurut Gus Miftah, sosok Hercules besok di akhirat adalah penyelamatnya di hadapan pengadilan Allah.
"Ketika saya tidak masuk surga, nanti Maung Hercules narik saya, itu guru saya. Tolong dimasukkan ke surga," tandasnya. (tm)