Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) bertemu dengan Joe Biden di Ankara, 26 Juni 2016. Saat itu Biden menjabat sebagai wakil presiden AS. Foto/Turkish Presidency via Daily Sabah
TRANSKEPRI.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan blak-blakan tidak puas dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden karena kerja sama kedua pemerintah tidak bisa dimulai dengan baik. Hal itu berbeda dengan para pendahulu Biden.
"Saya bekerja dengan baik dengan George W. Bush, Barack Obama dan Donald Trump, tetapi saya tidak bisa mengatakan kami memulai dengan baik dengan Joe Biden," kata Erdoğan merujuk pada tiga presiden Amerika sebelum Biden.
"Setelah 19 tahun menjabat, saya tidak bisa mengatakan bahwa kami telah mencapai posisi yang baik dengan AS," ujarnya, seperti dilansir Daily Sabah, Jumat (24/9/2021).
“AS harus memahami bahwa Turki tidak akan mundur dari kesepakatan S-400,” katanya lebih lanjut, merujuk pada sistem pertahanan rudal Rusia yang dibeli Ankara, yang telah menyebabkan perselisihan antara Turki dan AS.
Menjawab pertanyaan tentang sikap Turki terhadap perkembangan terbaru di Afghanistan, Erdogan juga menunjukkan kegagalan dan ketidakpedulian AS terhadap situasi tersebut.
Dia menggarisbawahi bahwa AS membuat keputusannya tanpa meminta masukan dari Turki, dan dengan demikian tidak dapat mengharapkan Ankara untuk membayar harga atas perilaku negara yang tidak bertanggung jawab.
"Tidak terpikirkan bagi Turki untuk membuka pintu dan menerima mereka (migran Afghanistan). Negara kami bukan koridor terbuka. Tidak mudah untuk menerima hal seperti itu. Tindakan ini memiliki harga dan biaya."
"Amerika Serikat tidak bisa mengatakan, 'Buka pintu dan biarkan orang-orang Afghanistan memasuki Turki'. AS yang harus membayar harganya di sini. AS perlu mengambil langkah dalam hal ini," imbuh dia.
Lebih lanjut, Erdogan mengecam sekutu NATO-nya itu karena membela kelompok YPG Kurdi yang beroperasi di Suriah. Oleh Ankara, YPG dinyatakan sebagai kelompok teroris yang terkait dengan kelompok PKK.
"Biden sedang mengangkut senjata ke teroris YPG yang beroperasi di Suriah,” ujarnya.
Dengan dalih memerangi ISIS, AS telah memberikan pelatihan militer dan memberikan banyak truk dukungan militer kepada YPG, terlepas dari masalah keamanan yang dialami Turki.
AS memiliki total 11 pangkalan di provinsi Hassakeh, Raqqa dan Deir el-Zour, yang saat ini berada di bawah kendali YPG. Interpol saat ini memiliki surat perintah Red Notice atas nama Ferhad Abdi Ahin karena memainkan peran kepemimpinan penting di YPG.
Dia adalah putra angkat dari pendiri PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan, yang sekarang menjalani hukuman seumur hidup di penjara Turki.
Ahin telah diundang oleh pejabat Gedung Putih ke Washington, meskipun faktanya dia adalah buronan teroris. Para pejabat Turki telah mengkritik AS atas keterlambatan dan inkonsistensi dalam janji mereka untuk bekerja sama melawan YPG. (net)