Menjaga Rasa Malu

Rabu, 22 September 2021

Rasa malu dalam diri kaum wanita saat ini sepertinya sudah kian memudar. Foto ilustrasi/istimewa

Rasa malu dalam diri kaum wanita saat ini sepertinya sudah kian memudar. Bahkan seorang muslimah yang berhijab pun tidak malu-malu lagi untuk 'pamer aurat'nya dengan berjoget di sebuah aplikasi gadget, berfoto foto narsis dan hal-hal tabu lainnya. Media sosial (medsos) seperti sebuah tempat untuk menunjukkan eksistensi dirinya.

"Padahal hal penting yang paling patut diperhatikan oleh seorang muslimah adalah menjaga rasa malu atau ke'malu'annya,"ungkap Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc, dai yang rutin mengisi kajian di kanal muslim Rodja ini.

Menurutnya, setiap apa saja sarana-sarana yang menghantarkan kepada tidak terjaganya ke'malu'an, maka ini pasti diharamkan dalam agama Islam. Salah satu penjagaan terhadap ke'malu'an tersebut adalah lisan. Lisan bisa menghantarkan seseorang untuk menjaga ke'malu'an, lisan juga bisa menghantarkan seseorang kepada tidak terjaganya ke'malu'an tersebut.
Sebagaimana hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang menjaga untukku antara dua bibirnya (lisannya) dan apa yang ada di antara kakinya (kemaluannya), maka aku jamin untuknya masuk ke dalam surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Bukhari)

Dalam hadis ini, ada hubungan antara lisan dan kemaluan. Siapa yang menjaga lisan, maka terjaga kemaluan. Siapa yang tidak menjaga lisan, maka tidak terjaga kemaluannya.

Begitu juga hadis yang lainnya. Seperti hadis riwayat Imam Tirmidzi, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَصْبح ابْنُ آدَمَ، فَإنَّ الأعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسانَ، تَقُولُ: اتِّقِ اللَّه فينَا، فَإنَّما نحنُ بِكَ؛ فَإنِ اسْتَقَمْتَ اسَتقَمْنا، وإنِ اعْوججت اعْوَججْنَا

“Jika di pagi hari anak Adam, maka seluruh anggota tubuhnya akan mengadu kepada lisan kemudian seluruh anggota tubuhnya berkata: ‘Wahai lisan, takutlah engkau kepada Allah. Sesungguhnya kami akan sesuai denganmu. Jika engkau lurus, maka kami akan lurus. Jika engkau menyimpang, kami pun akan menyimpang.” (HR. Tirmidzi)

"Untuk itulah, sebagai umat muslim kita harus mengerahkan sebenar-benar usaha untuk menyebarkan bahwa perempuan muslimah seharusnya lebih menjaga kesuciannya, lebih menjaga auratnya, lebih mempunyai sifat malunya,"tuturnya.
Gelar Mulia Muslimah

Mengutip kitab "Risalah Penting untuk Muslimah' Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullah menjelaskan, bahwa perempuan yang menjaga kemaluan, maka dia akan mendapatkan gelar mulia yang tercantum dalam Al-Qur’an, dalam hadis, ataupun di tengah masyarakat. Yang gelar-gelar mulia tersebut tidak didapatkan seorang perempuan kecuali dengan menjaga kemaluannya.

Gelar-gelar mulia itu misalnya seperti العفيفة (wanita yang suci), المحصنة (wanita yang terjaga), البرة (wanita yang baik), التقية (wanita yang bertakwa) dan lain-lainnya dari sifat-sifat dan gelar-gelar perempuan muslimah yang menjaga kemaluannya yang tidak didapat gelar tersebut kecuali dengan menjaga kemaluan.

Kemudian Syaikh menyindir keras bagaimana nama-nama (gelar) yang mulia seperti ini diganti dengan nama-nama yang buruk seperti wanita pezina, wanita yang banyak dosa, wanita pelacur, wanita yang buruk. Ini sungguh pergantian nama yang sangat buruk. Sebagaimana firman Allah:

بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ

“Sungguh sangat buruk nama kefasikan setelah keimanan.” (QS. Al-Hujurat : 11)